Era Victoria, yang berlangsung dari tahun 1837 hingga 1901, adalah masa yang membawa banyak perubahan dalam sejarah manusia. Selama periode ini, terjadi kemajuan revolusioner di bidang seni, budaya, dan pendidikan. Ini adalah masa keemasan di mana masyarakat mulai melihat seni sebagai alat untuk pencerahan dan perubahan sosial.
Pada periode yang sama, terjadi perubahan yang paling mencolok di bidang pendidikan. Budaya edukatif berkembang pesat dengan memasukkan seni ke dalam kurikulum dan sebuah paradigma baru muncul, meresap ke dalam inti proses pembelajaran, dan menciptakan fondasi yang kuat untuk menggali potensi intelektual, kreatif, dan moral siswa.
Pertama, pendidikan mengalami transformasi besar selama era Victorian dengan menggunakan seni sebagai alat pencerahan. Seni visual, seperti lukisan dan sketsa, dianggap sebagai cara kreatif untuk berekspresi dan juga sebagai alat untuk mengajarkan siswa konsep dan prinsip dasar.
Di era Victoria, seni teater juga dihidupkan kembali sebagai alat pembelajaran dan hiburan. Panggung menyajikan berbagai drama edukatif untuk menyampaikan pesan moral, sejarah, dan pengetahuan kepada masyarakat. Kami akan mempelajari bagaimana teater berfungsi sebagai alat pembelajaran dan bagaimana itu mengubah paradigma pendidikan. Drama edukatif yang pertama kali dipentaskan pada tahun 1852, The Corsican Brothers adalah salah satu yang paling terkenal.
Seni musik memegang peran sentral dalam mengubah sistem pendidikan pada periode Era Victoria. Pengajaran musik tidak hanya meningkatkan keahlian bermain instrumen para siswa, tetapi juga meningkatkan kemampuan kognitif dan emosional mereka. Sebagai contoh, pengajaran lagu-lagu rakyat tradisional menjadi bagian integral dari kurikulum di sekolah pada masa itu. Dengan menghadirkan lagu-lagu seperti Greensleeves atau lagu rakyat Inggris lainnya, siswa dapat mendalami dan menghargai warisan budaya mereka.
Seiring berlalunya waktu, seni musik berkembang dan mulai dikenal oleh banyak orang. Ragamnya melibatkan seni orkestra, opera, musik koral dan himne, hingga klasik Barat. Hal ini mencerminkan perkembangan yang signifikan dalam pengajaran musik, menghadirkan keberagaman genre dan menciptakan pemahaman yang lebih luas tentang ekspresi seni musik di tengah masyarakat Era Victoria.
Selain itu, puisi dan novel adalah salah satu sumber pendidikan di era Victoria juga. Pelajaran tentang etika, moral, dan sejarah berasal dari karya sastra. Puisi dan novel pada saat itu mengajarkan bagaimana sastra dapat berfungsi sebagai alat untuk menyebarkan nilai-nilai pendidikan di masyarakat Victoria yang berkembang. Contohnya seperti novel karya Charlotte Brontë, yaitu Jane Eyre (1847) yang mengisahkan tentang isu moral dan etika dalam kehidupan sehari-hari. Melalui perjalanan karakter utama, Jane, pembaca dapat belajar tentang keberanian untuk menghadapi ketidakadilan, nilai-nilai moral dalam menjalani hidup, dan pentingnya integritas pribadi.
Namun, dalam perjalanan mengejar pendidikan, para pelajar dihadapkan pada berbagai tantangan. Akses terbatas ke pendidikan formal menjadi hambatan utama, terutama bagi mereka dari lapisan masyarakat yang kurang mampu. Fasilitas pendidikan sulit dijangkau, dan pelajar harus mengatasi rintangan ekonomi atau geografis untuk bisa bersekolah. Selain itu, ada juga keterbatasan dalam sumber daya pendidikan seperti buku teks dan referensi, yang membatasi dalam mendalami materi pelajaran.
Kesehatan juga menjadi perhatian serius, terutama saat wabah penyakit dapat menyebar di antara pelajar dan staf sekolah. Sistem pendidikan pada masa itu umumnya cenderung konservatif, lebih fokus pada hafalan, dan memberikan sedikit ruang untuk pengembangan kreativitas atau bakat unik pelajar, yang menambah kompleksitas tantangan yang dihadapi. Isu gender, terutama bagi perempuan, menambah tingkat kesulitan dengan keterbatasan akses dan norma sosial yang menghambat perempuan dalam mengejar pendidikan sebaik mungkin.
Kesimpulannya, Era Victoria (1837-1901) membawa perubahan besar dalam seni, budaya, dan pendidikan. Penggabungan seni ke dalam pelajaran menciptakan lingkungan belajar yang kreatif. Seni visual, teater, dan musik menjadi bagian penting pembelajaran, sementara karya sastra seperti Jane Eyre mengajarkan nilai-nilai moral. Walaupun menghadapi hambatan seperti akses terbatas dan norma sosial, gerakan feminisme mulai membuka jalan menuju kesetaraan pendidikan. Era ini mencerminkan perubahan, tantangan, dan upaya mencapai masyarakat yang inklusif dan berpendidikan.
Oleh: Nuhla Anahita